Rabu, 07 Desember 2022

TAHAPAN MELAKUKAN SUBNETTING

 

LANGKAH-LANGKAH SUBNETTING PADA CISCO PACKET TRACER

IP Address

IP address adalah metode pengalamatan pada jaringan komputer dengan memberikan sederet angka pada komputer (host), router atau peralatan jaringan lainnya. IP address sebenarnya bukan diberikan kepada komputer (host) atau router, melainkan pada interface jaringan dari host / router tersebut. IP (Internet protocol) sendiri di desain untuk interkoneksi sistem komunikasi komputer pada jaringan paket switched. Pada jaringan TCP/IP, sebuah komputer diidentifikasi dengan alamat IP. Tiap-tiap komputer memiliki alamat IP yang unik, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan pada transfer data. Terakhir, protokol data akses berhubungan langsung dengan media fisik.


Secara umum protokol ini bertugas untuk menangani pendeteksian kesalahan pada saat transfer data, namun untuk komunikasi datanya, IP mengimplementasikan dua fungsi dasar yaitu addressing dan fragmentasi. untuk mengatur keperluan besarnya jaringan dan jumlahnya jaringan, IP Address dibagi menjadi 5 kelas yaitu :

Kelas A

Alamat-alamat unicast kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya untuk melengkapi oktet pertama akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.

Kelas B

Alamat-alamat unicast kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-ny

Kelas C

Alamat IP unicast kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.

Kelas D

Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E

Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

·         Network Identifier / NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus menunjukkan identitas jaringan komputer tempat komputer dihubungkan.

·         Host Identifier / HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host di dalam jaringan.

Aturan dasar pemilihan Network ID dan Host ID/Pengalokasian IP Address:

·    Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255, karena akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan

·    Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit, diset seperti 0.0.0.0), karena akan diartika sebagai alamat network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringan dan tidak boleh menunjukkan suatu host.

·    Host ID harus unik dalam suatu network. Artinya dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.

·    IP Private yang dapat digunakan dalam jaringan lokal, yaitu 10/8, 172.16.0.0/12, 192.168.0.0/16, 224.0.0.0/4 (class D Multicast) 240.0.0.0/5 (class E research) karena IP ini tidak dipergunakan (di publish) di internet.

 

IP Address Versi 4

Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan, dan sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4 (karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamat IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol, sehingga nilai-nilai host yang dapat ditampung adalah 256 x 256 x 256 x 256 = 4.294.967.296 host.       

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

·         Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat Unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one satu titik dengan titik yang lain).

·         Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.

·         Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

 

IP Address Versi 6

IP versi 6 (IPv6) adalah protokol Internet versi baru yang di desain sebagai pengganti dari IPv4. IPv6 yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128 bit), mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang. Oleh sebab itu IPv6 telah dilengkapi dengan mekanisme penggunaan alamat secara lokal yang memungkinkan terwujudnya instalasi secara plug and play. Penulisan alamat IPv6 adalah sebagai berikut :

x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa nilai heksadesimal dari 16 bit porsi alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16*8 = 128 bit. Jika format pengalamatan IPv6 mengandung kumpulan grup 16 bit alamat, yaitu‘x‘, yang bernilai 0 maka dapat direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah 2001:DB8:0:0:0:0:A1AA:3210 dapat direpresentasikan sebagai 2001:DB8 :: A1AA: 3210. Sebagaimana IPv4, IPv6 menggunakan bitmask  untuk keperluan subnetting yang direpresentasikan sama seperti representasi prefix-length pada teknik CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang digunakan pada IPv4. Misalnya 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60 menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan bagian network bit. IPv4 mengenal pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada IPv6 pun dilakukan pembagian kelas berdasarkan FP (formatprefix) yaitu format bit awal alamat. Misalnya 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60. Maka jika diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefix nya untuk 4 bit awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner).

Pengalamatan IPv6

Pengalamatan IPv6 adalah sebagai berikut :

Unicast (one-to-one) adalah alamat yang menyediakan komunikasi secara poin-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan. Pada alamat unicast ini terdiri dari :
  •       Global merupakan alamat yang hanya digunakan oleh provider dan alamat geografis.
  •          Link local address merupakan alamat yang dipakai di dalam satu link. Link merupakan jaringan lokal yang saling terhubung dalam satu level.
  •          Site-local adalah alamat yang setara dengan private address dan terbatas digunakan hanya dalam site saja.
Multicast (one-to-many) merupakan alamat yang digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk host dari group. Multicast address ini pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D, sedangkan pada IPv6 ruang yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF" disediakan untuk multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk menentukan range berlakunya. Kemudian broadcast address pada IPv4 yang alamat bagian host-nya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di dalam multicast address ini.

Anycast merupakan sebuah alamat yang diberikan pada beberapa host, untuk mendefinisikan kumpulan node. Jika ada paket yang dikirim ke alamat ini, maka router akan mengirim paket tersebut ke host terdekat yang memiliki anycast address sama, namun pada anycast address tidak disediakan ruang khusus. Jika terhadap beberapa host diberikan sebuah alamat yang sama, maka alamat tersebut dianggap sebagai anycast address.

Subnetting

Subnetting adalah cara membagi satu jaringan menjadi beberapa sub jaringan. Beberapa bit dari bagian Host ID dialokasikan menjadi bit tambahan  pada bagian NetID. Cara ini menciptakan sejumlah NetID tambahan dan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap jaringan tersebut. Gambar di bawah adalah contoh sebuah jaringan dengan IP Address 172.16.0.0.


Tujuan Subnetting

Menurut laman resmi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Bengkulu, hadirnya teknik subnetting dapat memudahkan seorang network administrator dalam mengamankan jaringan.

Selain itu, ada beberapa tujuan lain dari teknik subnetting ini yang perlu untuk diketahui, yaitu:
  1. Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 = 244 alamat yang tidak terpakai).
  2. Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
  3. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
  4. Untuk mengatasi masalah perbedaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
  5. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
  6. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
  7. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.

Manfaat dan Fungsi Subnetting

Salah satu fungsi subnetting adalah mengefesienkan alamat IP. Foto: Unsplash
Setelah mengetahui tujuan dari subnetting, pahami juga berbagai manfaat dan fungsi subnetting. Menyadur dari buku Jaringan Komputer karangan Muhammad Yasin Simargolang, berikut informasinya.

1. Mengefisienkan Alamat IPPenghematan alamat IP dilakukan dengan mengalokasikan IP Address yang terbatas agar lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memiliki 254, 65.000, atau 16 juta IP Address untuk host devicenya.

Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, hanya sedikit network yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Kemudian, network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP Address.

2. Mengurangi Traffic JaringanSubnetting memastikan bahwa traffic yang ditujukan untuk perangkat dalam subnet tetap berada di subnet itu agar dapat mengurangi keleletan. Penempatan subnet yang strategis dapat membantu mengurangi beban jaringan dan lalu lintas rute yang lebih efisien.

Jadi, apa yang terjadi pada jaringan besar tanpa subnet? Setiap komputer akan melihat paket broadcast dari semua komputer dan server di jaringan, sehingga switch harus memindahkan semua lalu lintas ke port yang sesuai. Hal ini menyebabkan peningkatan kelambatan, kinerja jaringan berkurang, dan waktu respons yang lebih lambat.

Router digunakan untuk memindahkan lalu lintas antara hasil subnet tanpa lalu lintas siaran atau informasi apa pun yang tidak perlu diarahkan atau dipindahkan ke subnet lain. Akibatnya, jumlah lalu lintas dalam setiap subnet berkurang, kemudian kecepatan setiap subnet akan meningkat, sehingga memudahkan kemacetan jaringan.

3. Meningkatkan Keamanan JaringanSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, meningkatkan keamanan jaringan dapat dilakukan dengan melakukan teknik subnetting. Memisahkan jaringan menjadi subnet dapat mengontrol aliran lalu lintas menggunakan ACL, Qos, atau peta rute.

Teknik subnetting juga memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi ancaman, titik tutup dari masuk, dan targetkan tanggapan dengan lebih mudah. Jaringan IP Address pun dapat dibagi menggunakan router untuk menghubungkan subnet melalui konfigurasi ACL pada router dan switch.

4. Mengoptimalkan Kinerja dan Kecepatan JaringanTeknik subnetting dapat mengoptimalisasi untuk kinerja jaringan walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network.

Cara TCP/IP bekerja dengan mengatur agar komputer dengan network ID yang sama harus berada physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, artinya sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network.

Berikut adalah salah satu template contoh subnetting

Kali ini kita akan menggunakan alamat network 195.20.0.0/24. Alamat network Class C dengan 24 bit Network ID, & 8 bit HostID.

HITUNG DARI KEBUTUHAN HOST TERBANYAK

A. 1 subnet dengan 100 hosts untuk Nasabah
Menentukan berapa jumlah bit hostid yg harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 100 hosts menggunakan rumus:
2^y - 2 > = jumlah hosts yg diminta
2^y - 2 > = 100 hosts.
2^7 - 2 > = 100 host karena menghasilkan 128 host per subnet.

- Dibutuhkan 7 bit hostid yang harus dicadangkan untuk membentuk 100 hosts per subnet
- Total bit hostid adalah 8 bit - 7 bit = 1 bit.
- Sisa bit hostid yang dapat digunakan untuk subnetting adalah 1 bit.

Disubnet 1 bit
1. Akan terbentuk brp subnet baru? 
   2^x, dimana x adalah jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting
   2^1 = 2 subnet baru
2. Ada brp host per subnet? 
   2^y - 2, dimana y adalah jumlah bit hostid sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting. 
   Total bit hostid - jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting = 8 - 1 = 7
   y = 7.
   2^7-2 = 126 hosts per subnet
3. Subnet-subnet yang valid?
a. Subnetmask default: 255.255.255.0
                                   | bagian hostid dikonversi ke biner yaitu oktet ke-4 yang memiliki nilai decimal 0
                                   v
                                   00000000
                                   | disubnet 1 bit (mengatur dengan biner 1)
                                   v
                                   10000000
                                   | konversi ke decimal
                                   v
                                   128=128
b. Subnetmask baru: 255.255.255.128 (/24 + 1 = /25)
c. Block size: 256 - subnetmask baru = 256 - 128 = 128
Subnet 1    :195.20.0.0/25 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 100 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.1/25 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.126/25 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.127/25 (Step 2: -1)

Subnet 2    :195.20.0.128/25 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.129/25 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/25 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/25 (Step 2: -1)

Hotspot 1
IP: 195.20.0.1/25
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 2
IP: 195.20.0.2/25
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 3
IP: 195.20.0.3
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 4
IP: 195.20.0.4/25
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 5
IP: 195.20.0.5/25
SNM: 255.255.255.128

195.20.0.128/25
B. 1 subnet dengan 46 hosts untuk Div. Humas
Menentukan berapa jumlah bit hostid yg harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 46 hosts menggunakan rumus:
2^y - 2 > = jumlah hosts yg diminta
2^y - 2 > = 46 hosts.
2^6 - 2 > = 46 host karena menghasilkan 64 host per subnet.

- Dibutuhkan 6 bit hostid yang harus dicadangkan untuk membentuk 46 hosts per subnet
- Total bit hostid adalah 7 bit - 6 bit = 1 bit.
- Sisa bit hostid yang dapat digunakan untuk subnetting adalah 1 bit.

Disubnet 1 bit
1. Akan terbentuk brp subnet baru? 
   2^x, dimana x adalah jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting
   2^1 = 2 subnet baru
2. Ada brp host per subnet? 
   2^y - 2, dimana y adalah jumlah bit hostid sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting. 
   Total bit hostid - jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting = 8 - 2 = 6
   y = 6.
   2^6-2 = 62 hosts per subnet
3. Subnet-subnet yang valid?
a. Subnetmask 1: 255.255.255.128
                                   | bagian hostid dikonversi ke biner yaitu oktet ke-4 yang memiliki nilai decimal 0
                                   v
                                   10000000
                                   | disubnet 1 bit (mengatur dengan biner 1)
                                   v
                                   11000000
                                   | konversi ke decimal
                                   v
                                   128+64=192
b. Subnetmask baru: 255.255.255.192 (/25 + 1 = /26)
c. Block size: 256 - subnetmask baru = 256 - 192 = 64
Subnet 2    :195.20.0.128/26 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 46 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.129/26 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.190/26 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.191/26 (Step 2: -1)

Subnet 3    :195.20.0.192/26 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.193/26 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/26 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/26 (Step 2: -1)



Alokasi IP
Nasabah
Hotspot --> IP DHCP --> 195.20.0.1 - 195.20.0.126

Div. Humas (46)
Lap. 1 
IP: 195.20.0.129/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 2
IP: 195.20.0.130/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 3
IP: 195.20.0.131/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 4
IP: 195.20.0.132/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 5
IP: 195.20.0.190/26
SNM: 255.255.255.192


Blok Awal : 195.20.0.192/27
C. 1 subnet dengan 29 host (PC) untuk Div. Marketing 
11111111.11111111.11111111.11100000
255.255.255.224

Jumlah bit 1 pada oktet ke 4 (x) = 3
Jumlah bit 0 pada oktet ke 4 (y) = 5
1. Blok subnet = 2^x = 2^3 = 8 blok
2. Jumlah Host = 2^y – 2 = 2^5 = 32 – 2 = 30 host
3. rentang blok subnet = 256 – 224 = 32 
192, 224,

Subnet 3    :195.20.0.192/27 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 29 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.193/27 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.222/27 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.223/27 (Step 2: -1)

Subnet 4    :195.20.0.224/27 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.225/27 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/27 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/27 (Step 2: -1)

PC M1 
IP add : 195.20.0.193/27
SNM : 255.255.255.224
PC M2 
IP add : 195.20.0.194/27
SNM : 255.255.255.224
PC M3 
IP add : 195.20.0.195/27
SNM : 255.255.255.224
PC M4 
IP add : 195.20.0.196/27
SNM : 255.255.255.224
PC M5 
IP add : 195.20.0.222/27
SNM : 255.255.255.224

Blok Awal : 195.20.0.224/27
C. 1 subnet dengan 29 host (PC) untuk Div. HRD 
11111111.11111111.11111111.11110000
255.255.255.240

Jumlah bit 1 pada oktet ke 4 (x) = 4
Jumlah bit 0 pada oktet ke 4 (y) = 4
1. Blok subnet = 2^x = 2^4 = 16 blok
2. Jumlah Host = 2^y – 2 = 2^4 = 16 – 2 = 14 host
3. rentang blok subnet = 256 – 240 = 16
224, 240

Subnet 4    :195.20.0.224/28 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 9 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.225/28 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.238/28 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.239/28 (Step 2: -1)

Subnet 5    :195.20.0.240/28 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.241/28 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/28 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/28 (Step 2: -1)

Lap. 1 
IP: 195.20.0.225/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 2 
IP: 195.20.0.226/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 3 
IP: 195.20.0.227/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 4 
IP: 195.20.0.228/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 5 
IP: 195.20.0.238/28
SNM: 255.255.255.240

Selasa, 06 Desember 2022

Cara Konfigurasi VLAN Di Cisco Paket Tracer

 

PENGENALAN TENTANG VLAN SERTA LANGKAH-LANGKAH KONFIGURASINYA

Pada kesempatan kali ini saya membicarakan tentang cara Konfigurasi VLAN melalui ROUTER.
Pertama tama kita bahas dahulu tentang trunking beberapa materi dasarnya.

Apa Itu VLAN?

Virtual LAN atau yang sering disebut VLAN adalah beberapa perangkat yang terhubung dalam sebuah LAN yang sama dalam switch, pada jalur yang sama dan dapat saling berkomaunikasi. Agar PC dalat saling terhubung, maka semuanya harus pada posisi VLAN yang sama, dengan syarat harus memiliki IP dan SubMask yang sama dan switch harus dikonfigurasi dengan VLAN dan setiap port pada switch harus di daftarkan pada VLAN tertentu.

Apa Itu Trunking?

Trunking adalah sebuah prosedur yang digunakan untuk membuat sebuah internetwork atau internet yang terdiri dari Local Area Network (LAN), Virtual LAN (VLAN), atau Wide Area Network (WAN). Switch saling beralifilasi untuk membangun jaringan ini melalui trunking. Trunking tidak dibatasi oleh media apapun karena tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan bandwidth yang tersedia di semua jenis jaringan.

Jaringan port yang tersedia pada Cisco Packet Tracer antara lain adalah Port Mode Trunk dan Port Mode Access Port, pada port mode Trunk dapat memungkinkan traffic untuk dibawa ke Virtual Lan (VLAN) yang kita tentukan. Pada port mode Trunk kita menggunakan Tagging ketika sedang menenteng data. Setiap kotak Tagging di centang pada Switch, proses ini digunakan agar switch dapat mengetahui serta dapat menganalisis Switch mana yang akan mendapatkan Traffic/Jalur yang benar, sedangkan pada Access Port tidak terdapat tag, jadi Pada Access Port tidak berlaku Tagging, tetapi pada Access Port mereka menenteng dan mengirimkan data ke Virtual LAN (VLAN) tertentu yaitu untuk jalur jalur yang sudah di tentukan oleh penempatan Switch pada bagian bagian tertentu.

Inter VLAN Routing

Inter VLAN Routing merupakan sebuah proses untuk melakukan forward traffic jaringan untuk menghubungkan sebuah VLAN menuju VLAN yang lainnya dengan menggunakan Router tujuannya adalah agar dapat saling berkomunikasi.

Ketika beberapa PC terhubung ke sebuah Switch dengan mode VLAN, maka PC PC tersebut tidak dapat berkomunikasi satu sama lain, ini di karenakan Switch menggunakan metode Access Port yang hanya dapat menghubungkan klien pada jalur yang sama. Nah di sini saya sendiri akan menggunakan Router agar antar VLAN dapat berkomunikasi, hanya menggunakan satu interface saja. Oleh karena ini diharapkan Sobat memperhatiakan dan cobalah untuk di praktekkan.

Topologi VLAN dan Inter VLAN

Berikut ini adalah gambar topologi sederhana yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Diharapkan Sobat sekalian dapat memahami konfigurasi ini semoga sobat bisa mempraktekkannya. Karena yang terpenting adalah memahmi Cara Konfigurasi Inter VLAN para Router.



Perangkat yang digunakan adalah Router Seri PT dan Switch 2950-24 lalu hubungkan antara Switch ke Router dan ke PC dengan menggunakan jenis kabel Straight.

Konfigurasi VLAN Pada Switch

Langkah pertama adalah melakukan konfigurasi VLAN pada Switch Sebagai Berikut :
Klik Switch masuk ke Tab CLI dan ketikkan kode di bawah ini

Penamaan VLAN
Switch> enable
Switch# conf t
Switch(config)#vlan 10
Switch(config-vlan)#name jaringan 
Switch(config-vlan)#exit
Switch(config)#vlan 20
Switch(config-vlan)#name hardware
Switch(config-vlan)#exit
Switch(config)#vlan 30
Switch(config-vlan)#name admin
Switch(config-vlan)#exit

Pengarahan Port Pada VLAN
Switch(config)#interface range fa0/1-fa0/5
Switch(config-if)#switchport mode acces
Switch(config-if)#switchport access vlan 10
Switch(config-if)#exit
Switch(config)#interface range fa0/6-fa0/10
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 20
Switch(config-if)#exit
Switch(config)#interface range fa0/11-fa0/15
Switch(config-if)#switchport mode access
Switch(config-if)#switchport access vlan 30
Switch(config-if)#exit


Konfigurasi Inter VLAN Pada Router

Selanjutnya kita akan konfigurasi Router untuk bisa melakukan inter VLAN terhadap 3 VLAN yang berbeda pada Switch, agar PC J1, PC H1 dan PC A1  dapat terhubung.
Klik pada perangkat Router kemudian pilih Tab CLI ketik no untuk mengawali, ketikan kode berikut ini :

Membuat interface Virtual dalam Interface Fisik
Router>enable
Router#conf t
Router(config)#interface fa0/0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fa0/0.10
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 10
Router(config-subif)#ip address 10.100.120.129 255.255.255.128
Router(config-subif)#exit
Router(config)#interface fa0/0.20
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 20
Router(config-subif)#ip address 10.100.130.1 255.255.255.192
Router(config-subif)#exit
Router(config)#interface fa0/0.30
Router(config-subif)#encapsulation dot1Q 30
Router(config-subif)#ip address 10.100.110.1 255.255.255.224

Setalah selesai Coding sederhana ini, saat Sobat mengarahkan kursor pada Router maka akan terlihat hasil Encapsulation IP pada FastEthernet0/0 terdapat 3 virtual IP.


Konfigurasi IP Pada PC Client

Tahapan selanjutnya adalah melakukan konfigurasi IP pada PC pada tiap bagian, seperti gambar di bawah ini :


Pengecekan Inter VLAN

Sampai pada tahapan akhir adalah Sobat harus melakukan pengecekan keterhubungan antar PC, dengan cara menggunakan Add Simple PDU .




Selesai sudah Cara Konfigurasi VLAN dan Inter VLAN Routing, dengan maksud agar VLAN yang dibuat pada Switch di Encapsulation dalam satu interface di Router dapat terhubung (cukup menggunakan 1 port pada Router). Demikian semoga penjelasan ini dapat membantu Sobat semua.

Cara Melakukan Routing Pada Cisco Packet Tracer

TATA CARA MELAKUKAN ROUTING STATIC PADA CISCO PACKET TRACER


Apa Itu Routing?

Pengertian umum dari perutean atau Routing adalah suatu proses pada paket yang meneruskan jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui internet.Routing atau perutean juga dapat merujuk pada cara beberapa jaringan terhubung sehingga jaringan internet dapat ditransmisikan dari satu jaringan ke jaringan lainnya.

Perangkat jaringan yang disebut router digunakan untuk menerima paket yang ditujukan untuk jaringan di luar jaringan pertama dan akan meneruskan paket yang diterima ke router lain sampai mereka mencapai tujuan. Misalnya, berapa ukuran jaringan seperti bandwidth yang tersedia, daya komputasi di router, merek dan model router, serta protokol yang digunakan dalam jaringan. Routing juga bisa disebutkan proses dimana router meneruskan paket ke jaringan tujuan.


Router memutuskan berdasarkan alamat IP tujuan paket. Biasanya, semua router menggunakan alamat IP untuk tujuan mengirim paket. Lalu, agar keputusan perutean benar, router harus belajar bagaimana mencapai tujuan tersebut.

Ketika sebuah menggunakan routing dinamis, informasi ini diperoleh dari router lain. Saat menggunakan perutean statis, administrator jaringan secara manual mengkonfigurasi informasi jaringan yang akan dirutekan. Disini Sobat harus mengkonfigurasinya secara manual, dan administrator jaringan harus memasukkan atau menghapus perutean statis jika topologi berubah.

Jika Sobat terus menggunakan perutean statis di jaringan besar, memperbarui tabel perutean akan membuang-buang waktu bagi administrator jaringan. Oleh karena itu, perutean statis hanya mungkin untuk jaringan kecil. Dalam routing dinamis ini bisa diimplementasikan ke jaringan yang cukup besar serta membutuhkan kemampuan yang lebih dari administrator.

Apa Fungsi Routing?

Fungsi routing adalah menghubungkan segmen jaringan lain untuk mengirimkan paket data. Routing penting untuk dipahami karena berguna untuk mengetahui dasar-dasar pada sebuah jaringan.Dengan mempelajari cara routing ini, Anda bisa mengonfigurasi dua atau lebih perutean untuk saling terhubung dan mengirim pesan ping. Jadi bisa dibilang routing sangat berguna untuk komputer masa kini. Berkat proses perutean, komputer dapat meneruskan pesan dan mengirim data secara akurat ke komputer lain yang jauh.

Jenis Jenis Routing dalam Jaringan Komputer dan Konfigurasi

Berdasarkan pengiriman paket data, jenis routing dibagi menjadi dua yaitu direct routing dan indirect routing.
  1. Direct Routing adalah alamat langsung ke alamat tujuan tanpa melalui host lain. Contoh: IP 192.160.1.1 mengirimkan sebuah data ke komputer dengan alamat 192.160. 1.2.
  2. Indirect Routing adalah alamat yang harus melewati alamat host yang berbeda sebelum menuju ke alamat host tujuan.
Contoh, komputer dengan alamat 192.160.1.3 mengirimkan data ke komputer dengan alamat 192.160.1.4, tetapi sebelum komputer mengirim ke alamat 192.160.1.4, data dikirim terlebih dahulu melalui host dengan alamat 192.160.1.5, kemudian dilanjutkan ke alamat host tujuan.

Routing memiliki 3 jenis konfigurasi yakni:
  1. Minimum Routing adalah proses routing yang sederhana dan hanya pada area lokal.
  2. Routing statis adalah perutean yang dilakukan secara manual oleh administrator jaringan. Bisa disebutkan bahwa perutean statis ini paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan perutean statis berarti mengisi setiap entri dalam tabel penerusan pada setiap router di jaringan.
  3. Routing dinamis adalah routing yang dilakukan secara otomatis oleh router. Router ini bisa dibuat tabel routing dengan cara otomatis dengan mendengarkan lalu lintas pada suatu jaringan serta berkomunikasi dengan router lain.

Cara Melakukan Routing

Pada routing kita dapat menggunakan 3 cara Routing, yaitu Static Routing, Default Routing, dan Dynamic Routing ketiga metode ini dapat di lakukan dalam berbagain kondisi dan situasi tergantung kebutuhan sobat sobat sekalian. Tetapi kita hanya akan melakukan konfigurasi Static Routing saja.

Pengertian Static Routing

Static Routing merupakan metode routing yang konfigurasinya dilakukan secara manual, administrator jaringan harus menyeting atau mengkonfigurasi router secara manual, atau menghapus rute statis jika terjadi perubahan topologi. karna itulah metode ini biasanya hanya dilakukan pada jaringan berskala kecil dan tidak diterapkan pada jaringan berskala besar. jaringan berskala besar umumnya menggunakan metoderouting dinamis.

Cara Melakukan Static Routing

Cara Kerja Routing Statis terdapat 3 bagian cara kerja static routing, yaitu :
  1. Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router
  2. Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing
  3. Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data
Seorang administrator harus mengkonfigurasi dan menginput perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan metode routing statis.

Untuk Lebih Jelasnya silahkan kamu lihat pada panduan berikut :

Pada konfigurasi kali ini saya menggunakan ketentuan device dan ip sebagai berikut:
Device yang digunakan :
1 Router
2 Switch
4 Client

IP yang digunakan :
Kamu bisa mengganti ipnya sesuai keinginan dan kebutuhan kamu.126.10.5.1 (F0/0) = IP Router
IP ROUTER = 10.1.1.1/28
                         10.1.1.17/28

IP PC M1 = 10.1.1.2/28
IP PC M2 = 10.1.1.3/28
IP PC HRD 1 = 10.1.1.18/28
IP PC HRD 2 = 10.1.1.20/28

1. Langkah pertama 

Susun dan tentukanlah ip dari device yang akan digunakan. Terlihat topologi pada gambar dibawah.


2. Langkah ke-2

Konfigurasi devicenya, sobat bisa memulai konfigurasi dari device yang mana saja. Disini saya memulainya dari router.

Dibawah ini merupakan Konfigurasi Router Statatic,
Konfigurasi ROUTER (CLI)
Caranya yaitu klik ROUTER > masuk tab CLI > lalu konfigurasi Routernya seperti berikut.

--- System Configuration Dialog ---

Continue with configuration dialog? [yes/no]: n
Press RETURN to get started!
Router>en (enable)
Router#conf t (configurasi terminal)
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Router(config)#int f0/0 (interface fastethernet 0/0)
Router(config-if)#ip add 10.1.1.1 255.255.255.248 (ip address)
Router(config-if)#no shut (no shutdown)
Router(config-if)#
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up

Router(config-if)#ex (exit)
Router(config)#int f1/0 (interface fastethernet 1/0)
Router(config-if)#ip add 10.1.1.17 255.255.255.248 (ip address)
Router(config-if)#no shut (no shutdown)
Router(config-if)#
%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet1/0, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet1/0, changed state to up

Router(config-if)#ex (exit)
Router(config)#

Konfigurasi CLIENT

Caranya yaitu klik CLIENT (PC/Laptop) > masuk tab DESKTOP > klik IP Configuration > lalu konfigurasi IPnya seperti berikut.



Lakukan konfigurasi client lainnya seperti diatas, dengan memasukkan IP yang telah ditentukan masing-masing.

3. Langkah ke-3

Lakukan tes, Setelah konfigurasi selesai dilakukan, coba tes apakah semua device sudah terkoneksi dengan benar atau belum.
Tes ping, klik Client > masuk tab Desktop > ping Ip

a. Tes ping Client ke Router



b. Tes ping Client ke Client

Tes kirim paket, klik Add Simple PDU (p) > laku klik device yang akan mengirim dan menerima paket, jika berhasil maka hasilnya akan seperti berikut :



Mudah bukan caranya, untuk lebih memahami Cara Setting Routing Static di Cisco Paket Tracer monggo dicoba. Semoga artikel yang saya posting kali ini dapat bermanfaat. Jika teman-tenam berkomentar atau hanya sekedar sharing mengenai artikel diatas, silahkan teman-teman berkomentar pada kolom komentar dibawah.

Tutorial Menggunakan Modul PHP dan Membuat Mail Server dan WebMail di Linux Debian 10

1. Pertama install telebih dahulu bind9 .   2 .Sebelum itu copy file db.127 menjadi db.192 dan db. Local menjadi db.tkj2, buka datab...