Rabu, 07 Desember 2022

TAHAPAN MELAKUKAN SUBNETTING

 

LANGKAH-LANGKAH SUBNETTING PADA CISCO PACKET TRACER

IP Address

IP address adalah metode pengalamatan pada jaringan komputer dengan memberikan sederet angka pada komputer (host), router atau peralatan jaringan lainnya. IP address sebenarnya bukan diberikan kepada komputer (host) atau router, melainkan pada interface jaringan dari host / router tersebut. IP (Internet protocol) sendiri di desain untuk interkoneksi sistem komunikasi komputer pada jaringan paket switched. Pada jaringan TCP/IP, sebuah komputer diidentifikasi dengan alamat IP. Tiap-tiap komputer memiliki alamat IP yang unik, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan pada transfer data. Terakhir, protokol data akses berhubungan langsung dengan media fisik.


Secara umum protokol ini bertugas untuk menangani pendeteksian kesalahan pada saat transfer data, namun untuk komunikasi datanya, IP mengimplementasikan dua fungsi dasar yaitu addressing dan fragmentasi. untuk mengatur keperluan besarnya jaringan dan jumlahnya jaringan, IP Address dibagi menjadi 5 kelas yaitu :

Kelas A

Alamat-alamat unicast kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya untuk melengkapi oktet pertama akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.

Kelas B

Alamat-alamat unicast kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-ny

Kelas C

Alamat IP unicast kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.

Kelas D

Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E

Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

·         Network Identifier / NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus menunjukkan identitas jaringan komputer tempat komputer dihubungkan.

·         Host Identifier / HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host di dalam jaringan.

Aturan dasar pemilihan Network ID dan Host ID/Pengalokasian IP Address:

·    Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255, karena akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan

·    Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit, diset seperti 0.0.0.0), karena akan diartika sebagai alamat network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringan dan tidak boleh menunjukkan suatu host.

·    Host ID harus unik dalam suatu network. Artinya dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang sama.

·    IP Private yang dapat digunakan dalam jaringan lokal, yaitu 10/8, 172.16.0.0/12, 192.168.0.0/16, 224.0.0.0/4 (class D Multicast) 240.0.0.0/5 (class E research) karena IP ini tidak dipergunakan (di publish) di internet.

 

IP Address Versi 4

Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan, dan sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4 (karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamat IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol, sehingga nilai-nilai host yang dapat ditampung adalah 256 x 256 x 256 x 256 = 4.294.967.296 host.       

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

·         Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat Unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one satu titik dengan titik yang lain).

·         Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.

·         Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

 

IP Address Versi 6

IP versi 6 (IPv6) adalah protokol Internet versi baru yang di desain sebagai pengganti dari IPv4. IPv6 yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128 bit), mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang. Oleh sebab itu IPv6 telah dilengkapi dengan mekanisme penggunaan alamat secara lokal yang memungkinkan terwujudnya instalasi secara plug and play. Penulisan alamat IPv6 adalah sebagai berikut :

x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa nilai heksadesimal dari 16 bit porsi alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16*8 = 128 bit. Jika format pengalamatan IPv6 mengandung kumpulan grup 16 bit alamat, yaitu‘x‘, yang bernilai 0 maka dapat direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah 2001:DB8:0:0:0:0:A1AA:3210 dapat direpresentasikan sebagai 2001:DB8 :: A1AA: 3210. Sebagaimana IPv4, IPv6 menggunakan bitmask  untuk keperluan subnetting yang direpresentasikan sama seperti representasi prefix-length pada teknik CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang digunakan pada IPv4. Misalnya 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60 menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan bagian network bit. IPv4 mengenal pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada IPv6 pun dilakukan pembagian kelas berdasarkan FP (formatprefix) yaitu format bit awal alamat. Misalnya 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60. Maka jika diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefix nya untuk 4 bit awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner).

Pengalamatan IPv6

Pengalamatan IPv6 adalah sebagai berikut :

Unicast (one-to-one) adalah alamat yang menyediakan komunikasi secara poin-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan. Pada alamat unicast ini terdiri dari :
  •       Global merupakan alamat yang hanya digunakan oleh provider dan alamat geografis.
  •          Link local address merupakan alamat yang dipakai di dalam satu link. Link merupakan jaringan lokal yang saling terhubung dalam satu level.
  •          Site-local adalah alamat yang setara dengan private address dan terbatas digunakan hanya dalam site saja.
Multicast (one-to-many) merupakan alamat yang digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk host dari group. Multicast address ini pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D, sedangkan pada IPv6 ruang yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF" disediakan untuk multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk menentukan range berlakunya. Kemudian broadcast address pada IPv4 yang alamat bagian host-nya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di dalam multicast address ini.

Anycast merupakan sebuah alamat yang diberikan pada beberapa host, untuk mendefinisikan kumpulan node. Jika ada paket yang dikirim ke alamat ini, maka router akan mengirim paket tersebut ke host terdekat yang memiliki anycast address sama, namun pada anycast address tidak disediakan ruang khusus. Jika terhadap beberapa host diberikan sebuah alamat yang sama, maka alamat tersebut dianggap sebagai anycast address.

Subnetting

Subnetting adalah cara membagi satu jaringan menjadi beberapa sub jaringan. Beberapa bit dari bagian Host ID dialokasikan menjadi bit tambahan  pada bagian NetID. Cara ini menciptakan sejumlah NetID tambahan dan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap jaringan tersebut. Gambar di bawah adalah contoh sebuah jaringan dengan IP Address 172.16.0.0.


Tujuan Subnetting

Menurut laman resmi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Bengkulu, hadirnya teknik subnetting dapat memudahkan seorang network administrator dalam mengamankan jaringan.

Selain itu, ada beberapa tujuan lain dari teknik subnetting ini yang perlu untuk diketahui, yaitu:
  1. Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 = 244 alamat yang tidak terpakai).
  2. Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
  3. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
  4. Untuk mengatasi masalah perbedaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
  5. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
  6. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
  7. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.

Manfaat dan Fungsi Subnetting

Salah satu fungsi subnetting adalah mengefesienkan alamat IP. Foto: Unsplash
Setelah mengetahui tujuan dari subnetting, pahami juga berbagai manfaat dan fungsi subnetting. Menyadur dari buku Jaringan Komputer karangan Muhammad Yasin Simargolang, berikut informasinya.

1. Mengefisienkan Alamat IPPenghematan alamat IP dilakukan dengan mengalokasikan IP Address yang terbatas agar lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memiliki 254, 65.000, atau 16 juta IP Address untuk host devicenya.

Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, hanya sedikit network yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Kemudian, network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP Address.

2. Mengurangi Traffic JaringanSubnetting memastikan bahwa traffic yang ditujukan untuk perangkat dalam subnet tetap berada di subnet itu agar dapat mengurangi keleletan. Penempatan subnet yang strategis dapat membantu mengurangi beban jaringan dan lalu lintas rute yang lebih efisien.

Jadi, apa yang terjadi pada jaringan besar tanpa subnet? Setiap komputer akan melihat paket broadcast dari semua komputer dan server di jaringan, sehingga switch harus memindahkan semua lalu lintas ke port yang sesuai. Hal ini menyebabkan peningkatan kelambatan, kinerja jaringan berkurang, dan waktu respons yang lebih lambat.

Router digunakan untuk memindahkan lalu lintas antara hasil subnet tanpa lalu lintas siaran atau informasi apa pun yang tidak perlu diarahkan atau dipindahkan ke subnet lain. Akibatnya, jumlah lalu lintas dalam setiap subnet berkurang, kemudian kecepatan setiap subnet akan meningkat, sehingga memudahkan kemacetan jaringan.

3. Meningkatkan Keamanan JaringanSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, meningkatkan keamanan jaringan dapat dilakukan dengan melakukan teknik subnetting. Memisahkan jaringan menjadi subnet dapat mengontrol aliran lalu lintas menggunakan ACL, Qos, atau peta rute.

Teknik subnetting juga memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi ancaman, titik tutup dari masuk, dan targetkan tanggapan dengan lebih mudah. Jaringan IP Address pun dapat dibagi menggunakan router untuk menghubungkan subnet melalui konfigurasi ACL pada router dan switch.

4. Mengoptimalkan Kinerja dan Kecepatan JaringanTeknik subnetting dapat mengoptimalisasi untuk kinerja jaringan walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network.

Cara TCP/IP bekerja dengan mengatur agar komputer dengan network ID yang sama harus berada physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, artinya sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network.

Berikut adalah salah satu template contoh subnetting

Kali ini kita akan menggunakan alamat network 195.20.0.0/24. Alamat network Class C dengan 24 bit Network ID, & 8 bit HostID.

HITUNG DARI KEBUTUHAN HOST TERBANYAK

A. 1 subnet dengan 100 hosts untuk Nasabah
Menentukan berapa jumlah bit hostid yg harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 100 hosts menggunakan rumus:
2^y - 2 > = jumlah hosts yg diminta
2^y - 2 > = 100 hosts.
2^7 - 2 > = 100 host karena menghasilkan 128 host per subnet.

- Dibutuhkan 7 bit hostid yang harus dicadangkan untuk membentuk 100 hosts per subnet
- Total bit hostid adalah 8 bit - 7 bit = 1 bit.
- Sisa bit hostid yang dapat digunakan untuk subnetting adalah 1 bit.

Disubnet 1 bit
1. Akan terbentuk brp subnet baru? 
   2^x, dimana x adalah jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting
   2^1 = 2 subnet baru
2. Ada brp host per subnet? 
   2^y - 2, dimana y adalah jumlah bit hostid sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting. 
   Total bit hostid - jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting = 8 - 1 = 7
   y = 7.
   2^7-2 = 126 hosts per subnet
3. Subnet-subnet yang valid?
a. Subnetmask default: 255.255.255.0
                                   | bagian hostid dikonversi ke biner yaitu oktet ke-4 yang memiliki nilai decimal 0
                                   v
                                   00000000
                                   | disubnet 1 bit (mengatur dengan biner 1)
                                   v
                                   10000000
                                   | konversi ke decimal
                                   v
                                   128=128
b. Subnetmask baru: 255.255.255.128 (/24 + 1 = /25)
c. Block size: 256 - subnetmask baru = 256 - 128 = 128
Subnet 1    :195.20.0.0/25 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 100 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.1/25 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.126/25 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.127/25 (Step 2: -1)

Subnet 2    :195.20.0.128/25 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.129/25 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/25 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/25 (Step 2: -1)

Hotspot 1
IP: 195.20.0.1/25
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 2
IP: 195.20.0.2/25
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 3
IP: 195.20.0.3
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 4
IP: 195.20.0.4/25
SNM: 255.255.255.128
Hotspot 5
IP: 195.20.0.5/25
SNM: 255.255.255.128

195.20.0.128/25
B. 1 subnet dengan 46 hosts untuk Div. Humas
Menentukan berapa jumlah bit hostid yg harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 46 hosts menggunakan rumus:
2^y - 2 > = jumlah hosts yg diminta
2^y - 2 > = 46 hosts.
2^6 - 2 > = 46 host karena menghasilkan 64 host per subnet.

- Dibutuhkan 6 bit hostid yang harus dicadangkan untuk membentuk 46 hosts per subnet
- Total bit hostid adalah 7 bit - 6 bit = 1 bit.
- Sisa bit hostid yang dapat digunakan untuk subnetting adalah 1 bit.

Disubnet 1 bit
1. Akan terbentuk brp subnet baru? 
   2^x, dimana x adalah jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting
   2^1 = 2 subnet baru
2. Ada brp host per subnet? 
   2^y - 2, dimana y adalah jumlah bit hostid sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting. 
   Total bit hostid - jumlah bit hostid yg diambil untuk subnetting = 8 - 2 = 6
   y = 6.
   2^6-2 = 62 hosts per subnet
3. Subnet-subnet yang valid?
a. Subnetmask 1: 255.255.255.128
                                   | bagian hostid dikonversi ke biner yaitu oktet ke-4 yang memiliki nilai decimal 0
                                   v
                                   10000000
                                   | disubnet 1 bit (mengatur dengan biner 1)
                                   v
                                   11000000
                                   | konversi ke decimal
                                   v
                                   128+64=192
b. Subnetmask baru: 255.255.255.192 (/25 + 1 = /26)
c. Block size: 256 - subnetmask baru = 256 - 192 = 64
Subnet 2    :195.20.0.128/26 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 46 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.129/26 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.190/26 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.191/26 (Step 2: -1)

Subnet 3    :195.20.0.192/26 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.193/26 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/26 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/26 (Step 2: -1)



Alokasi IP
Nasabah
Hotspot --> IP DHCP --> 195.20.0.1 - 195.20.0.126

Div. Humas (46)
Lap. 1 
IP: 195.20.0.129/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 2
IP: 195.20.0.130/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 3
IP: 195.20.0.131/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 4
IP: 195.20.0.132/26
SNM: 255.255.255.192
Lap. 5
IP: 195.20.0.190/26
SNM: 255.255.255.192


Blok Awal : 195.20.0.192/27
C. 1 subnet dengan 29 host (PC) untuk Div. Marketing 
11111111.11111111.11111111.11100000
255.255.255.224

Jumlah bit 1 pada oktet ke 4 (x) = 3
Jumlah bit 0 pada oktet ke 4 (y) = 5
1. Blok subnet = 2^x = 2^3 = 8 blok
2. Jumlah Host = 2^y – 2 = 2^5 = 32 – 2 = 30 host
3. rentang blok subnet = 256 – 224 = 32 
192, 224,

Subnet 3    :195.20.0.192/27 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 29 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.193/27 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.222/27 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.223/27 (Step 2: -1)

Subnet 4    :195.20.0.224/27 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.225/27 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/27 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/27 (Step 2: -1)

PC M1 
IP add : 195.20.0.193/27
SNM : 255.255.255.224
PC M2 
IP add : 195.20.0.194/27
SNM : 255.255.255.224
PC M3 
IP add : 195.20.0.195/27
SNM : 255.255.255.224
PC M4 
IP add : 195.20.0.196/27
SNM : 255.255.255.224
PC M5 
IP add : 195.20.0.222/27
SNM : 255.255.255.224

Blok Awal : 195.20.0.224/27
C. 1 subnet dengan 29 host (PC) untuk Div. HRD 
11111111.11111111.11111111.11110000
255.255.255.240

Jumlah bit 1 pada oktet ke 4 (x) = 4
Jumlah bit 0 pada oktet ke 4 (y) = 4
1. Blok subnet = 2^x = 2^4 = 16 blok
2. Jumlah Host = 2^y – 2 = 2^4 = 16 – 2 = 14 host
3. rentang blok subnet = 256 – 240 = 16
224, 240

Subnet 4    :195.20.0.224/28 (dialokasikan untuk 1 subnet dengan 9 hosts)
IP Pertama  :195.20.0.225/28 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.238/28 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.239/28 (Step 2: -1)

Subnet 5    :195.20.0.240/28 (disubnet lagi untuk divisi lain)
IP Pertama  :195.20.0.241/28 (Step 1: +1)
IP Terakhir :195.20.0.254/28 (Step 3: -1)
IP Broadcast:195.20.0.255/28 (Step 2: -1)

Lap. 1 
IP: 195.20.0.225/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 2 
IP: 195.20.0.226/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 3 
IP: 195.20.0.227/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 4 
IP: 195.20.0.228/28
SNM: 255.255.255.240
Lap. 5 
IP: 195.20.0.238/28
SNM: 255.255.255.240

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tutorial Menggunakan Modul PHP dan Membuat Mail Server dan WebMail di Linux Debian 10

1. Pertama install telebih dahulu bind9 .   2 .Sebelum itu copy file db.127 menjadi db.192 dan db. Local menjadi db.tkj2, buka datab...