LANGKAH-LANGKAH SUBNETTING PADA CISCO PACKET TRACER
IP Address
IP address adalah metode pengalamatan pada jaringan komputer dengan memberikan sederet angka pada komputer (host), router atau peralatan jaringan lainnya. IP address sebenarnya bukan diberikan kepada komputer (host) atau router, melainkan pada interface jaringan dari host / router tersebut. IP (Internet protocol) sendiri di desain untuk interkoneksi sistem komunikasi komputer pada jaringan paket switched. Pada jaringan TCP/IP, sebuah komputer diidentifikasi dengan alamat IP. Tiap-tiap komputer memiliki alamat IP yang unik, masing-masing berbeda satu sama lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan pada transfer data. Terakhir, protokol data akses berhubungan langsung dengan media fisik.
Secara
umum protokol ini bertugas untuk menangani pendeteksian kesalahan pada saat
transfer data, namun untuk komunikasi datanya, IP mengimplementasikan dua
fungsi dasar yaitu addressing dan fragmentasi. untuk mengatur keperluan
besarnya jaringan dan jumlahnya jaringan, IP Address dibagi menjadi 5 kelas
yaitu :
Kelas A
Alamat-alamat
unicast kelas A diberikan untuk
jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A
selalu diset dengan nilai 0 (nol).
Tujuh bit berikutnya untuk melengkapi oktet pertama akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau
tiga oktet terakhir) merepresentasikan host
identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan
16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan,
karena digunakan untuk mekanisme Interprocess
Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.
Kelas B
Alamat-alamat
unicast kelas B dikhususkan untuk
jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet
pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan
membuat sebuah network identifier. 16
bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534
host untuk setiap network-ny
Kelas C
Alamat IP unicast kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.
Kelas E
Alamat
IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental"
atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit
pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111.
28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali
host.
Alamat
IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask
jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
·
Network Identifier / NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus menunjukkan
identitas jaringan komputer tempat komputer dihubungkan.
·
Host Identifier / HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk
mengidentifikasikan alamat host di dalam jaringan.
Aturan
dasar pemilihan Network ID dan Host ID/Pengalokasian IP Address:
· Network ID dan host ID tidak
boleh sama dengan 255, karena akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID ini
merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan
· Network ID dan host ID tidak
boleh sama dengan 0 (seluruh bit, diset seperti 0.0.0.0), karena akan diartika
sebagai alamat network. Alamat network digunakan untuk menunjuk suatu jaringan
dan tidak boleh menunjukkan suatu host.
· Host ID harus unik dalam suatu
network. Artinya dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki
host ID yang sama.
· IP Private yang dapat digunakan
dalam jaringan lokal, yaitu 10/8, 172.16.0.0/12, 192.168.0.0/16, 224.0.0.0/4
(class D Multicast) 240.0.0.0/5 (class E research) karena IP ini tidak
dipergunakan (di publish) di internet.
IP Address Versi 4
Alamat
IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) merupakan pengenal yang
digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan, dan
sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan
TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit,
dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih
tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan
dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4 (karena terdapat 4 oktet) sehingga
nilai maksimal dari alamat IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana
nilai dihitung dari nol, sehingga nilai-nilai host yang dapat ditampung adalah
256 x 256 x 256 x 256 = 4.294.967.296 host.
Alamat IPv4
terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
·
Alamat
Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan
yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat Unicast digunakan dalam
komunikasi point-to-point atau one-to-one satu titik dengan titik yang lain).
·
Alamat
Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node
IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi
one-to-everyone.
·
Alamat
Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau
beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast
digunakan dalam komunikasi one-to-many.
IP Address Versi 6
IP
versi 6 (IPv6) adalah protokol Internet versi baru yang di desain sebagai
pengganti dari IPv4. IPv6 yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128
bit), mendukung penyusunan alamat secara terstruktur, yang memungkinkan
Internet terus berkembang. Oleh sebab itu IPv6 telah dilengkapi dengan
mekanisme penggunaan alamat secara lokal yang memungkinkan terwujudnya
instalasi secara plug and play. Penulisan alamat IPv6 adalah sebagai berikut :
x:x:x:x:x:x:x:x
dimana ‘x‘ berupa nilai heksadesimal dari 16 bit porsi alamat, karena ada 8
buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16*8 = 128 bit. Jika format pengalamatan IPv6
mengandung kumpulan grup 16 bit alamat, yaitu‘x‘, yang bernilai 0 maka dapat
direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah 2001:DB8:0:0:0:0:A1AA:3210
dapat direpresentasikan sebagai 2001:DB8 :: A1AA: 3210. Sebagaimana IPv4, IPv6
menggunakan bitmask untuk keperluan
subnetting yang direpresentasikan sama seperti representasi prefix-length pada
teknik CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang digunakan pada IPv4. Misalnya
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60 menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan bagian
network bit. IPv4 mengenal pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka
pada IPv6 pun dilakukan pembagian kelas berdasarkan FP (formatprefix) yaitu
format bit awal alamat. Misalnya 3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60. Maka jika
diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefix nya untuk 4 bit
awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner).
Pengalamatan IPv6
Pengalamatan
IPv6 adalah sebagai berikut :
- Global merupakan alamat yang hanya digunakan oleh provider dan alamat geografis.
- Link
local address merupakan alamat yang dipakai di dalam satu link. Link merupakan
jaringan lokal yang saling terhubung dalam satu level.
- Site-local adalah alamat yang setara dengan private address dan terbatas digunakan hanya dalam site saja.
Subnetting
Subnetting adalah cara membagi satu jaringan menjadi beberapa sub jaringan. Beberapa bit dari bagian Host ID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian NetID. Cara ini menciptakan sejumlah NetID tambahan dan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap jaringan tersebut. Gambar di bawah adalah contoh sebuah jaringan dengan IP Address 172.16.0.0.
Tujuan Subnetting
Menurut laman resmi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Bengkulu, hadirnya teknik subnetting dapat memudahkan seorang network administrator dalam mengamankan jaringan.Selain itu, ada beberapa tujuan lain dari teknik subnetting ini yang perlu untuk diketahui, yaitu:
- Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 = 244 alamat yang tidak terpakai).
- Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
- Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
- Untuk mengatasi masalah perbedaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
- Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
- Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
- Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Manfaat dan Fungsi Subnetting
Salah satu fungsi subnetting adalah mengefesienkan alamat IP. Foto: UnsplashSetelah mengetahui tujuan dari subnetting, pahami juga berbagai manfaat dan fungsi subnetting. Menyadur dari buku Jaringan Komputer karangan Muhammad Yasin Simargolang, berikut informasinya.
1. Mengefisienkan Alamat IPPenghematan alamat IP dilakukan dengan mengalokasikan IP Address yang terbatas agar lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memiliki 254, 65.000, atau 16 juta IP Address untuk host devicenya.
Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, hanya sedikit network yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Kemudian, network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP Address.
2. Mengurangi Traffic JaringanSubnetting memastikan bahwa traffic yang ditujukan untuk perangkat dalam subnet tetap berada di subnet itu agar dapat mengurangi keleletan. Penempatan subnet yang strategis dapat membantu mengurangi beban jaringan dan lalu lintas rute yang lebih efisien.
Jadi, apa yang terjadi pada jaringan besar tanpa subnet? Setiap komputer akan melihat paket broadcast dari semua komputer dan server di jaringan, sehingga switch harus memindahkan semua lalu lintas ke port yang sesuai. Hal ini menyebabkan peningkatan kelambatan, kinerja jaringan berkurang, dan waktu respons yang lebih lambat.
Router digunakan untuk memindahkan lalu lintas antara hasil subnet tanpa lalu lintas siaran atau informasi apa pun yang tidak perlu diarahkan atau dipindahkan ke subnet lain. Akibatnya, jumlah lalu lintas dalam setiap subnet berkurang, kemudian kecepatan setiap subnet akan meningkat, sehingga memudahkan kemacetan jaringan.
Teknik subnetting juga memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi ancaman, titik tutup dari masuk, dan targetkan tanggapan dengan lebih mudah. Jaringan IP Address pun dapat dibagi menggunakan router untuk menghubungkan subnet melalui konfigurasi ACL pada router dan switch.
4. Mengoptimalkan Kinerja dan Kecepatan JaringanTeknik subnetting dapat mengoptimalisasi untuk kinerja jaringan walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network.
Cara TCP/IP bekerja dengan mengatur agar komputer dengan network ID yang sama harus berada physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, artinya sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar